Pages

Hari Ini Pasti Menang (G08)


Andibachtiar Yusuf menciptakan sebuah dunia rekaan yang lengkap. Apa ceritanya jika sepak bola Indonesia sukses mendunia. Namun di sisi lain sutradara muda penggemar Christopher Nolan dan Martin Scorsese ini, juga menyajikan kenyataan bahwa semakin tinggi tingkat keberhasilan sepak bola, maka makin banyak pula penjudi dan bandar sepak bola yang membayangi, selalu berusaha mencari celah dan menodai sportivitas. Nah, sutradara yang akrab disapa Ucup ini mencoba menyuguhkan kesemuanya dalam sebuah karya layar lebar teranyarnya, Hari Ini Pasti Menang. Berikut wawancara GATRAnews dengan Ucup mengenai film terbarunya dan sepak bola Indonesia, saat dihubungi via telepon di sela-sela acara pemutaran perdana filmya di Samarinda, Kamis (11/4) malam: Darimana ide dan inspirasi untuk film ini berasal? Idenya kita diminta bikin film sepak bola tapi kenyataanya judi bola maenannya kan cuma ada di liga besar. Maka kita ubah universe-nya. Agak berbeda dengan novel dan komiknya, karena film ini adalah sambungan dari komiknya. Kita kan pengen sepak bola Indonesia ada di level besar dan sistem yang bener. Tapi kita mau bilang bahwa di industri besar itu ada judi dan pengaturan skor yang jalan beriringan dan bisa saling mempengaruhi, tinggal bagaimana mengakalinya. Meski di film dibilang juga, prestasi timnasnya tidak selalu terpengaruh. Contohnya Italia (menang Piala Dunia 2002 -–Red.) waktu terkena calciopoli. Singkatnya, saya sedang "mengaplikasikan" level sepak bola Eropa ke Indoesia. Berapa lama dan bagaimana riset untuk membuat film tentang judi dan pengaturan skor bola? Project ini risetnya 6 bulan, mulai nulis sampe jadi naskah itu empat bulan, baru cari pemain. Praktis dua tahun waktu dihabiskan. Karena waktunya panjang, saya dan temen-temen menciptakan universe-nya dan dikenalin lewat komik online dan cetak dan novel. Di dunia Gabriel Omar, ada 18 klub divisi utama. Co-writer Wastika (Swastika Nohara) ketemu dengan master-nya, dia ngejelasin ada lagi di atas dia yang di film namanya Aheng Suhendar. Itu bukan satu-satunya. Perjudian saya bayangkan harus jadi bisnis keluarga dan bisa dipercaya. Kalo sepak bola Indonesia sekarang saya yakin nggak, karena peringkat sepak bola kita di bawah negara lain. Kalopun ada, uang beredar kecil dan disebut liga cacing. Sedangkan liga Yunani saja misalnya, fluktuasi grafik di website judi ketika pertandingan itu besar, uang nya bagus karena pertandingannya variatif dengan tendangan sudut dan lain-lain. Bandar itu memfasilitasi uang keluar masuk, tapi yang penting ada orang-orang yang berani masang duit gede, bahkan jual mobil dengan cepet cuma buat taruhan doang. Itu namanya high rollers. Coba perhatiin, kalo ada pertandingan seru Juventus lawan AC Milan misalnya. Biasanya terjadi gol di menit-menit akhir 80-an lah karena saat itu orang yang lagi taruhan pindah channel. Sebelum pindah channel harus terjadi gol supaya uang muter lagi. Harga saham terjaga, AC Milan menang, suporter senang, pemain terjamin. Sementara tim di Indonesia belum ada yang punya harga saham. Bagaimana menggali cerita langsung dari bandar mafia bola? Dalam film ada karakter Aheng ngurusin liga internasional lain, pacuan kuda, dan olahraga lainnya. Para saksi itu memang bercerita, tapi membuat kita harus berpikir sendiri. Sejak 1990an sepak bola nggak ada yang murni, semua diatur, menurut dia sampe piala dunia dan NBA juga. Kalo nggak, bisa jadi Brasil menang terus. Cuma sekali saja ketemu dia, tapi nggak pernah liat atau dikasi foto. Jadi di film ini cuma interpretasi dari deskripsi dia Mereka selalu punya cara termasuk lewat pelatih atau striker untuk mengubah-ubah formasi bahkan disaat yang ganjil dan mengundang kecurigaan serta investigasi. Ceritakan mengenai gimmick berita tipuan di awal film tentang prestasi timnas Indonesia. Ide gimmick dari saya, eksekusi dan penambahan dari Estu Ernesto. Ia yang membuat detil bikin berita beneran. Hindia Belanda kalah 6-0. Di sudut kiri ada tulisan Charlie Chaplin menikah dengan penyanyi keroncong, itu benar-benar ditulis seperti berita. Dia bikin itu supaya penonton sadar ini tipuan. Karena kita kasi cerita lain di luar sepak bola itu, penonton harusnya nyadar itu tipuan. Waktu di Samarinda pun, awalnya penonton semangat lalu mereka nyadar dan menggerutu. Untuk pemilihan pemain bagaimana? Pemilihan berdasarkan casting. Untuk Matias Muchus dan Ray Sahetapy kita test video sambil bacain karakter. Ibnu Jamil awalnya casting jadi manajer tapi bisa maen bola. Tadinya mau pake Bepe beneran tapi nggak sempet dia. Tantangan lain apa yang dialami selama membuat film? Tantangan lain itu ngarahin pemain sepak bola. Saya minta mereka maen lebih cepet dari yang saya mau. Saya pengen tempo bola lebih cepet. Ada kendala teknis dan kalo pake koreografi dan jadi lama, lalu produksi jadi lebih lama. Apa motivasi pemain bola yang memutuskan menerima tawaran dari mafia bola? Kita lihat misalnya David Villa yang jago tendangan melengkung, tapi kita sering liat saat mereka satu lawan satu dengan kiper tapi nggak masuk golnya. Itu bukti mereka (mafia) bisa atur kapan masuk kapan nggak. Pemain sepak bola yang sudah maju gaya hidupnya mewah, rumah dan mobil mahal. Tapi nggak semua pemain terlibat karena cara ngaturnya juga nggak cuma dari pemain. Apa yang ingin disampaikan untuk penonton Indonesia? Untuk penonton saya mau kasi cerita aja. Sama seperti film District 9. Neill Blomkamp itu menurut saya sebenernya bikin cerita apartheid dengan cara alien yang menghibur, ada tembak-tembakan, dan sebagainya. Saya kasi tontonan cerita yang boleh dibilang alternatif. Faktanya mungkin iya, mungkin nggak. Tapi film ini memfiksikan fakta. Film yang baik adalah film yangmengambarkan situasi terkini sebuah masyarakat, seperti kata Usmar Ismail. Saya rasa formulanya itu, kelas sosial dan keadaan masyarakat. Ada korupsi, mata duitan, karena ukuran sukses dan pencapaian sukses masyarakat kita itu duit, rumah mewah. Padahal bahagia itu nggak harus duit. Berapa lama syuting film ini? Syuting 38 hari lokasi Jakarta, Yogyakarta, Solo. Yogya di Stadion Maguwoharjo, Solo di Stadiun Manahan. Gedung2nya kita bangun (secara virtual) supaya berkesan Jakarta, karena Maguwoharjo kiri kanannya sawah. Maguwoharjo rumputnya bagus banget, hijau dan tebel. Bujetnya antara 7-7,5 milyar rupiah. Apakah masih akan terus berjalan sebagai sutradara independent? Di Indonesia mah semuanya Independet karena industrinya nggak ada. Sama seperti Riri Riza. Kita harus melawan sistem monopoli bioskop dimana film lokal diadu dengan film Hollywood. Saya punya kecenderungan bikin materi sendiri agar punya kontrol kreatif.

 - Hari Ini Pasti Menang (G08) Official Trailer -

Posting Komentar - Back to Content